Senin, 09 November 2015

makalah pendekatan kompetensi


MAKALAH
KONSEP DASAR PENDIDIKAN SENI RUPA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 9 :
ELVA LISTIANA                 (14186206157)
DEWI ISRO’IN                     (14186206170)
ITA RETNO S                        (                      )
AMELIA LINDA W             (                       )
PRODI-KELAS : PGSD-3E

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi Timur No.7 Tulungagung - Jawa Timur
Telp/Fax : 0355-321426 email : info@stkippgritulungagung.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami kelompok 9 dapat menyelesaikan tugas pendidikan seni rupa dan kerajinan dalam penyusunan makalah dengan judul “Konsep dasar pendidikan seni rupa.”
Makalah ini kami susun dari berbagai sumber, dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca tentang estetika dan perkembangannya dalam mata kuliah pendidikan seni rupa dan kerajinan. Tidak lupa kami sampaikan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan makalah ini.
1.      Bapak Drs. H. Djoko Edy Yuwono, M.M selaku kepala STKIP PGRI TULUNGAGUNG
2.      Bapak M. Reyhan Florean, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah pendidikan seni rupa dan kerajinan dan pembimbing tersusunnya makalah ini.
3.      Anggota kelompok 9 yang telah menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
4.      Teman-teman Prodi PGSD3E yang turut serta membantu terselesainya makalah ini.
5.      Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahannya. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


Tulungagung,    Oktober 2015


Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I       PENDAHULUAN…………………………………….........
1.1        Latar Belakang……………………………………………….
1.2        Rumusan Masalah……………………………………………
1.3        Tujuan………………………………………………………..
BAB II      PEMBAHASAN…………………………………………….
2.1        Pendekatan Kompetansi Dalam Pendidikan Seni Rupa……..
2.2        Pendidikan Seni Rupa Sebagai Pendidikan Kreatifitas dan Emosi………………………………………………………..
BAB III    PENUTUP…………………………………………………...
3.1        Kesimpulan…………………………………………………..
3.2        Saran………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...









BAB I
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG
Kebanyakan orang merasa bahwa dirinya tidak berjiwa seni, tidak mampu dibidang seni, atau enggan untuk belajar seni karena merasa kesulitan. Dengan adanya anggapan tersebut menyebabkan seseorang tidak tertarik untuk belajar seni, hanya cukup menikmati hasil karya seni orang lain tanpa adanya usaha untuk melatih diri supaya menghasilkan sebuah karya seni. Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif.
Pada dasarnya pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila dilakukan serangkaian proses kegiatan pada siswa yang meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan pertumbuhan rasa memiliki melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni di dalam kelas dan atau di luar kelas.
Pendekatan seni dalam pendidikan adalah sebagai bentuk pendidikan seni sebagai upaya pewarisan dan sekaligus pengembangan atas beragam seni kepada anak didik. Kesenian yang telah dimiliki masyarakat agar tidak punah dan malah berkembang, oleh karena itu anak didik perlu dididik agar pandai dalam bidang seni. Pada gilirannya dapat dihasilkan calon-calon seniman yang handal. Pendidikan melalui seni adalah bentuk pendidikan seni yang digunakan sebagai upaya, sarana, alat atau media pencapaian sasaran pendidikan secara umum. Melalui pendidikan seni diharapkan dapat menghasilkan anak didik yang memiliki keterampilan, kreatif dan inovatif.
Dibutuhkan kemampuan apresiasi yang tinggi untuk memahami lebih dalam nilai-nilai karya seni, yang tentunya dapat tercapai apabila penikmat seni itu memiliki tingkat kecerdasan dan kemampuan menanggapi makna-makna yang terkandung dalam karya seni tersebut.

1.2              RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimakah pendekatan kompetensi dalam pendidikan seni rupa itu ?
2.    Apakah maksud dari pendidikan seni rupa sebagai pendidikan kreatifitas dan emosi ?

1.3              TUJUAN
1.    Mengetahui pendekatan kompetensi dalan pendidikan seni rupa.
2.    Mengetahui maksud pendidikan seni rupa sebagai pendidikan kreatifitas dan emosi.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1           Pendekatan Kompetansi Dalam Pendidikan Seni Rupa
Pendidikan kompetensi sesungguhnya sudah agak lama dikenal dalam sistem pendidikan guru yang dikenal dengan PGBK (Pendidikan Guru Berdasar Kompetensi). Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan dan di sepakati acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia.
Pendekatan kompetensi sering dianggap sebagai reaksi atas pendekatan yang mengacu kepada materi (termasuk dicipline based art education, disingkat DBAE ?). Tetapi jika direnungkan sebetulnya arahnya sejalan, karena materi yang dipilih pada dasarnya dijabarkan dari kompetensi yang diharapkan. Bedanya, pada pendekatan kompetensi terlebih dahulu yang ditetapkan adalah kompetensinya.
Inti pandangannya adalah bahwa setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Untuk setiap jenjang pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus dikembangkan. Gagasan ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini pembentukan SDM yang memiliki kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global masa depan. Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia. Konsep dasar pendekatan kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar-mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Puskur-Balitbang Depdiknas, 2002).


Ø    Implikasi Pendekatan Kompetensi
Implikasi pendekatan kompetensi dalam aspek pelaksanaan adalah bahwa kegiatan belajar-mengajar terarah kepada suatu sasaran yang berbentuk kompetensi siswa setelah mengikuti suatu program dalam limit waktu tertentu. Pembelajaran tidak asal berlangsung, tapi terkontrol, bertahap, berkelanjutan. Ekspresi-kreasi sukar diduga, sukar diukur, sukar dilatih, karena dorongannya ada di dalam diri individu. Dalam hal ini, ukuran-ukuran kompetensi tak bisa lain kecuali bersifat fleksibel, multikriteria dan kualitatif, seperti terungkap dari kata-kata: siswa memiliki kemampuan berapresiasi,dst.
Pendekatan DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema, bentuk maupun gagasan.

2.2           Pendidikan Seni Rupa Sebagai Pendidikan Kreatifitas dan Emosi
Pembinaan kreatifitas manusia sebaiknya dilakukan sejak anak-anak. Kondisi lingkungan yang kreatif dan tersedia kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan kreatif  bagi anak-anak akan sangat membantudalam mengembangkan budaya kreatifitasnya. Perlu diingat bahwa dunia anak-anak merupakan awal perkembangan kreatifitasnya.
Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan dan rekreasi. Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-masing. Seni dapat memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau mencurahkan segala kreatifitas berdasarkan kehendak masing-masing orang itu sendiri. Kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak ada yang membuatnya. Kreatifitas bisa berupa kegiatan imajinatif dan sintesis pemikiran yang hasilnya hanya perangkuman. Pada umumnya, kreatifitas diartikan dengan daya atau kemampuan untuk mencipta, tetapi sebenarnya kreatifitas memiliki arti yang lebih, meliputi :
1.    Kelancaran menanggapi suatu masalah, ide atau materi.
2.    Kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam setiap situasi.
3.    Memiliki kepastian atau selalu dapat mengungkapkan sesuatu yang lain daripada yang lain.
4.    Mampu berpikir secara integral, bisa menghubungkan yang satu dengan yang lain serta dapat membuat analisis yang tepat.
Pendidikan seni mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu antara membantu pengembangan mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial, dan fisik. Aspek kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pembinaan kreativitas manusia sebaiknya dilakukan sejak anak-anak. Kondisi lingkungan yang kreatif dan tersedianya kesempatan melakukan berbagai kegiatan kreatif bagi anak-anak akan sangat membantu dalam mengembangkan budaya kreativitasnya.
Perlu dingat bahwa dunia anak-anak merupakan awal perkembangan kreativitasnya. Pada anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun merupakan the golden age of creative expression. Ekspresi artistik merupakan salah satu kebutuhan anak-anak, oleh karena itu kebebasan berkarya dengan berbagai media dan metode pada kegiatan seni anak-anak menjadi pendekatan utama dalam pendidikan seni rupa. Ruang lingkup bahan pengajaran Pendidikan Seni Rupa bagi anak-anak TK dan SD meliputi kegiatan berkarya dua dimensional dan tiga dimensional. Kegiatan menggambar, mencetak, menempel, dan kegiatan berkarya seni rupa dua dimensional lainnya yang menyenangkan anak dengan media dan cara-cara yang sederhana dapat dikembangkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Juga kegiatan mematung, membentuk, merangkai, dan menyusun dari berbagai media dan dengan cara-cara yang menyenangkan anak akan membantu pengembangan kreativitasnya.

*      Emosi
Pentingnya pendidikan emosi telah diungkapkan para ahli pendidikan sejak lama. Fransesco (1958), seorang ahli pendidikan seni rupa mengemukakan pendidikan seni rupa antara lain sebagai penghalus rasa dan pendidikan emosi. Dikemukakan, penguasaan emosi sangatlah penting, khususnya pada manusia di zaman modern. Dalam seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi-komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi menjadi dinamis dan bersemangat.
Psikologi telah mempelajari bahwa otak memainkan peranan dalam berbagai kegiatan manusia dalam fungsi-fungsi: kognitif, afektif (emosional, sosial), fisik (gerak) dan intuitif (Clark, dalam Hanna Widjaja,1996). Jadi untuk mencapai perkembangan integral, semua fungsi ini perlu dikembangkan. Ditengarai, bahwa dalam kehidupan nyata, banyak persoalan yang dipecahkan secara jitu dengan menggunakan kecerdasan emosi yang sering kali mendahului berjalannya kecerdasan rasio (intelijen). Orang sering membedakan antara tindakan yang menggunakan otak dan hati. Mungkin sekali, nenek moyang kita zaman dahulu banyak mengaktifkan kecerdasan emosi dalam menghadapi tantangan lingkungannya. Pendidikan seni rupa yang banyak melibatkan emosi, intuisi dan imajinasi dapat dijadikan salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Lebih jauh lagi, pendidikan seni dapat juga menjadi semacam penyembuh (therapy) atau penyehat mental dalam hal tercapainya kepuasan dan keberanian baru. Cara yang efektif untuk pendidikan emosi adalah memberi peluang dan stimulasi yang memungkinkan para siswa dapat bekerja dengan rasa aman serta penuh percaya diri. (Fransesco, 1958).







BAB II
PENUTUP

3.1              KESIMPULAN
Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan dan rekreasi. Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-masing. Pendekatan DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema, bentuk maupun gagasan.
Pendidikan seni mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu antara membantu pengembangan mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial, dan fisik. Aspek kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dikemukakan, penguasaan emosi sangatlah penting, khususnya pada manusia di zaman modern. Dalam seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi-komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi menjadi dinamis dan bersemangat.

3.2              SARAN
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan dari bentuk maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada pembaca agar ikut peduli terhadap pendidikan, kreatifitas, dan emosi untuk anak bangsa sehingga seni rupa berperan dalam pendidikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki kesalahan dalam penulisan yang akan datang.





DAFTAR PUSTAKA




makalah teknik pembuatan topeng kertas dan wayang suket


MAKALAH
BERKARYA SENI RUPA TRI MATRA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah PENDIDIKAN SENI RUPA


KELOMPOK
Disusun oleh :
1.       ELVA LISTIANA                            (14186206157)
2.       ITA RETNO SUSANTI                  (14186206181)
3.       DEWI ISRO’IN                               (14186206170 )
4.       AMELIA LINDA                             (14186206 )


SekolahTinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor SujadiTimur No.7 Tulungagung - JawaTimur
Telp/Fax : 0355-321426 email : info@stkippgritulungagung.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat,karunia dan hidayah-Nya kepada kami,sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Seni Rupa. Adapun topik yang dibahas di dalam makalah ini adalah . Dimana setelah membahas topik ini,diharapkan tentangcara pembuatan topeng dari kertas dan wayang dari suket. Dimana setelah membahas topik ini, diharapkan  pembaca dapat memahami segala sesuatu mengenai isi makalah ini.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna serta masih banyak terdapat kekurangan,baik mengenai isi di dalamnya maupun dari segi pengerjaannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang inovatif demi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata  penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca tentunya

Tulungagung,     Oktober 2015
                                                                                                        
                                                                                              Penyusun







DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................. i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..1
C. Tujuan…………………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
A. Topeng dari kertas ………………………………………………………..….2
B. Wayang dari suket ……………………………………………………………7
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan………………………………………………………………...20
B.Saran…………………………………………………………………………..20
Daftar Pustaka……………………………………………………………………iii





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut Pramesti (2012:12) Seni berkaitan dengan indah dan dilakukan oleh manusia. Seperti dijelaskan oleh Sumardjo (2000:45) bahwa “ apa yang disebut seni memang merupakan suatu wujud yang terindera. Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat sekaligus didengar (visual, audio, dan audio-visual), seperti lukisan, musik, dan teater. Tetapi yang disebut seni ini berada diluar benda seni sebab seni itu berupa nilai. Apa yang disebut indah, baik, adil, sederhana, dan bahagia itu adalah nilai. Apa yang oleh seseorang disebut indah dapat tidak indah bagi orang lain.”
Seperti yang dikutip oleh Pramesti (2012:15). Wayang bukan hanya merupakan pergelaran yang bersifat menghibur, melainkan juga sarat akan nilai-nilai falsafah kehidupan. Sebab, setiap tokoh dalam cerita wayang merupakan cerminan dari sikap, watak, dan karakter manusia secara umum. Ada yang baik dan jahat, ada kebatilan dan keburukan, ada kasih sayang, cinta, hasut, serakah, dan lain-lain.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara membuat topeng dari kertas ?
2.      Bagaimana cara membuat wayang dari suket ?

C.    Tujuan
1.   Mengetahui cara membuat topeng dari kertas
2.   Mengetahui cara membuat wayang dari suket



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Membuat Topeng Kertas

a.      Topeng dari kertas karton
Media membuat topeng bermacam-macam bisa dari kayu, tanah liat, bubur kertas atau kertas karton. Disini kita akan mencoba membuat topeng dengan media kertas karton dengan teknik melipat, memilin dan menggunting. Pembuatan topeng akan melatih kita untuk membuat karakter wajah manusia ada yang lucu,   galak, bengong, judes dlsb. Pengerjaannya sangat mudah hanya memerlukan ketekunan dan kesabaran, berikut akan diuraikan cara pembuatannya:

Bahan dan Alat :
1. Kertas Karton
2. Koran Bekas
3. Pewarna bisa dipilih salah satu seperti: Cat Air/ Cat Poster/ Cat untuk styroform
4. Asesories seperti : benang, kain, ijuk, renda dlsb

Alat-alat:
1. Gunting
2. Cuter
3. Hecter







Cara Pembuatan:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYr81D3uz3_XiyWf6iof6KbDjoj5FB1pynvTRCJu6oePfjQP3oRGGBw0qo7bEQvjeBw2M5WX3vvVIGuWvLU0GkUkKu_tpvOyPzLIT6BojnFlfR0msqnwaruSviRmKUEWJTFYfLImMY9U6k/s320/Foto0495.jpg
1. Buatlah sketsa  dasar wajah berbentuk Oval pada sehelai kertas karton kemudian pada sekeliling sisinya beri tanda garis titik 8 bagian.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRhf9GJ_AssB2KTmDBO9zwIIfbSn45FtZur3ANdK8W6f0H3L8ROF4Wceemoo-gKwyVTd98x8b7f7eA4GcOQ2TF-ExkLhICkseI0TKkToONvsoaNm1-xjRQ06psDAHRRhzAaLQVK-ZJvE-X/s320/Foto0496.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWLA1NUOnv1keCgPC2IfLsHo2r-mlfWr0IQ38bK-jbA42FMTJhsVTuRWvgSdOd37O_eZXTKGpeQYScnuW1fPDPnivpRehLfzSqJatrtRdJ1MVs267i4JbxR0sfXK53BtY3I9S2o7B94ObA/s320/Foto0498.jpg
2. Gunting, Lipat dan tekuk sketsa dasar wajah berbentuk oval kemudian di hecter satu persatu sehingga membentuk seperti gambar di atas
                                                                                     
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjL2usICGA9Ds0-EMzatXIStDUn-LOwKFgyyH_kbrLSiW6U-2eo5VoGu_VZdnp48RBFf7_QcZ7M_f-GrEBkLVfbE_aS1bQqm1fE44msPxgFPiJxBEKwTKbAx6NdAvQX0JxfH77vtqTMZ-j/s320/Foto0499.jpg
3. Gunting kertas koran dengan ukuran kecil-kecil kemudian tempelkan pada bentuk dasar wajag topeng, maksudnya agar bentuk dasar topeng dari kertas karton menjadi keras

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9VoA0FX7aSiZVvxqlLCzq1mV9K13gbItzwSa8OmMg2o0HDMX6YijXrO7GzgTqDcsmX4_QOp7UTe0pos_Iw2gAVVzn19LUpbD6hAPpxXZO_4RNYQkHbsMyrchN2qsCJHeLL1tzHfR9B7Zo/s320/Foto0500.jpg
4. Bentukdasar topeng yang sudah selesai di tempeli guntingan kertas koran 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX6HK_7F3dRGM3CWi7k2y9TkCtTXuGOQVntgHVWAU63-ZI4LtV-LyfZioZ-IWPWMJX7En-F585ynP4p788T2lnB7bEJ5LA2mKGfJKhnZPxSg88dU43QNyqNJZVdpgHNURlmCc3um9FNPy6/s320/Foto0501.jpg
5. Buatlah bagian-bagiab wajah topeng seperti alis, hidung, pelipis, dan mulut dengan teknik melipat, menggunting dan menempel. Caranya sama dengan cara membuat bentuk dasar topeng seperti gambar no.1 dan 2 hanya saja ukurannya lebih kecil. Sebelumnya ukur dulu posisi mata, hidung dan mulut sesuai wajah kita kemudian dilubangi. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0q3mSXvJLTkPBnc0hnNfck-WdYn0xwKasFy-C3nrXFl1UfOs_eMeDDPK5eRHmGM6p7HMuyLOqZ4dGYGfCirpouI5mNU4XyI7HSVdPD0zqLoQYNvEJ1Ynvb5-VNLiAvXnQOdWlzxlCYvwR/s320/Foto0502.jpg
6. Setelah bagian-bagian  wajah selesai ditempel pada bentuk dasar topeng tempelkan kembali guntingan kertas koran ke seluruh bagian wajah topeng, sehingga topeng menjadi lebih keras

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhreuoKjiEyeE_SO_C_-pDnc5-9fJ-PLicvHiAvJbJ4joTtINYIdDSv6HcSlh8nSRqTUgIN8ziibaVYEuEHCc_B5Vi95KWswshzYZChujEqvxhRNQJJP6iHqcQhj63LboUK9PdhxRXQloMO/s320/Foto0504.jpg
7. Selanjutnya wajah topeng tinggal diberi warna sesuka hati kita, dapat menggunakan cat air untuk styroform, cat poster, cat kayu dlsb

b. Membuat Topeng dari Bubur Kertas

Membuat topeng bubur kertas perlu ketelitian. Langsung saja berikut ini akan dipaparkan pembuatan topeng dari bubur kertas.
Bahan:
  1. Bubur kertas
  2. Cetakan
  3. Tepung
  4. Lem
  5. Cat
Langkah-langkah:
  1. Kumpulkan koran atau kertas bekas. Lalu kertas masukan ke ember di rendam dengan air. Usahkan rendam kertas dalam waktu lama, hal ini supaya kertas dapat lembek. Ini dapat dirasa dari baunya yang luar biasa
  2. Buatlah cetakan topeng, semisal dari tanah tanah liat yang mudah dibentuk. Bisa dicetak di dalam maupun di luar cetakan.
  3. Siapkan tepung kanji dan air panas, sesuaikan dengan kebutuhan. Tiriskan kertas, lalu dicampur semua bahan (kertas, air panas dan tepung) secara merata dan diaduk supaya tektur terlihat lembut. Selanjutnya silahkan tempelkan pada cetakan yang telah disiapkan. Sebelum dijemur, sebaiknya antara cetakan dan bubur kertas diberi tisu atau lainnya yang gunanya agat tidak lengket saat mengangkat hasil cetakan.
  4. Setelah selesai lalu di jemur. Nah...kalau sudah kering, tinggal proses pengecatan. (Saat pengecataan: Kertas itu bersifat menyerap air. Biar menghemat cat, usahakan sebelum di cat permukaan topeng bisa dipoles dengan lem. Dan nantinya hasilnya akan lebih mengkilap).

B.     Wayang dari Suket
          Wayang sudah dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaa animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan Wayang itu senidiri telah diakui oleh UNESCO pada tanggan 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga.
Wayang suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket adalah seni pertunjukan multimedia yang merupakan eksplorasi inovatif dari seni pertunjukan yang dipadu dengan teater, tari dan musik. Selain itu, lakon dalam wayang suket juga tidak selalu diceritakan oleh dalang melalui karakter wayang, tapi dimainkan juga oleh personal lainnya dalam bentuk teater dan tari. Dialog bukan Cuma milik dalang, tapi juga terjadi di antara pemain dan dalang.
Seniman asal TegalSlamet Gundono, dikenal sebagai tokoh yang berusaha mengangkat wayang suket pada tingkat pertunjukan panggung.
Bahkan jika menyebut wayang suket, sekarang sudah lekat dengan pertunjukan wayangnya. Slamet Gundono adalah lulusan STSI Pedalangan, Wayang Suket Slamet Gundono awalnya bermediakan wayang yang terbuat dari suket, namun Slamet Gundono lebih mengandalkan unsur teatrikal dan kekuatan berceritera. Dalam pementasan wayang suketnya, Slamet Gundono menggunakan beberapa alat musik yang teridiri dari gamelan, alat petik, tiup dan beberapa alat musik tradisional lainnya. Slamet juga dibantu beberapa pengrawit, penari yang merangkap jadi pemain, untuk melengkapi pertunjukannya. Seting panggungnya berubah-ubah sesuai tema yang ditentukan.
Media bertutur Slamet Gundono tidak hanya wayang suket tetapi juga wayang kulit dan kadang memakai dedaunan untuk dijadikan tokoh wayang.
Kehebatan bertutur (pendongeng) dalang satu ini sudah tidak diragukan lagi. Banyak kalangan Dalang muda yang memuji kemampuan bertutur Slamet Gundono. Misalnya Ki Sigit Ariyanto; " Jangkan dengan wayang, dengan pecahan genteng atau serpihan plastik Gundono dapat mendalang dengan baik". Bahkan menurut Ki Bambang Asmoro, dengan media yang ada, Slamet Gundono bisa menuntun penonton ke dalam imajinasi yang lebih dalam, sehingga roh atau esensi wayang sebagai pertunjukan bayangan "wewayanganing urip" menjadi lebih bermakna dan multi tafsir.
Rumput, bahan dari karakter wayang suket, mengandung filosofi mengenai kehidupan, karena walaupun hidup di bawah dan kerap diinjak, bahkan dipangkas, tetap dapat bertahan hidup. Tumbuhnya rumput juga selalu diikuti keberadaan unsur alam lain, seperti tanah, air, udara dan matahari. Hal ini juga memberi illustrasi terhadap nasib pertunjukan wayang, ketika sempat menjadi tontonan mewah, untuk kalangan ‘istana’, wayang tetap dinikmati dan dipentaskan masyarakat dipedesaan kebanyakan. Salah satunya adalah dengan membuat wayang dari rumput, seperti wayang suket ini. Banyak pengamat menyebut wayang suket sebagai symbol semangat tradisi yang terus hidup, bahkan di tengah modernitas dengan tetap mencipta kreasi baru tanpa kehilangan orisinalitas.
Tidak heran jika kemudian lakon dalam pertunjukan wayang suket selalu dekat dengan masyarakat, sarat dengan humor- humor cerdas dan padat dengan kandungan renungan filosofis tentang kehidupan.          
·         Teknik Pembuatan Wayang Suket
Sesuai dengan namanya, maka bahan utama yang digunakan dalam pembuatan wayang rumput (wayang suket) adalah tanaman rumput terutama rumput yang berukuran panjang dan telah dikeringkan atau dijemur dahulu sebelum digunakan. Jenis rumput dengan ciri seperti itu dipilih karena lebih mudah dibentuk dan dianyam, sehingga tidak mudah terputus dan tidak perlu adanya sambungan ditengah-tengah anyaman. Jenis rumput yang bisa digunakan dalam membuat wayang rumput (wayang suket) diantaranya rumput gajah, rumput mendong, serta jerami.
Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan kering dijalin lalu dirangkai (dengan melipat) atau dianyam hingga membentuk figur serupa dengan wayang kulit. Simpul yang biasa digunakan dalam pembuatan wayang suket diantaranya simpul hidup, simpul mati, simpul kepang, serta simpul lainnya yang dapat ditambahkan sesuai bentuk yang diinginkan. Untuk bentuknya sendiri juga berbeda-beda, dari bentuk yang paling sederhana hingga bentuk yang agak rumit. Karena  bahanya  dari  rumput,  maka  wayang  suket  ini  biasanya memiliki sifat tidak dapat bertahan lama.
Wayang  Rumput  (wayang  suket)  yang  digunakan  untuk pertunjukan atau pergelaran, biasanya ditambahkan potongan bambu yang disisipkan dibagian tengah wayang, yang fungsinya agar wayang tersebut dapat ditancapkan di batang pisang (gedogan) dan juga agar lebih mudah dipegang untuk digerak-gerakan pada saat sedang dimainkan oleh dalang. Namun batang pisang tersebut hanya kadang- kadang saja digunakan.
Berikut ini ada beberapa langkah-langkah dalam pembuatan bentuk wayang suket dengan bentuk yang cukup sederhana dengan bentuk yang mudah diikuti atau dipraktekan kembali.
Langkah-langkah dalam membuat contoh bentuk wayang suket tersebut, diantaranya :

A.  Contoh wayang suket yang pertama





Gambar 1

1) Bagian Atas atau Kepala :

a) Ambil dua buah batang rumput, kemudian keduanya dilipat menjadi dua bagian tepat ditengah dan yang satu kita pegang dengan posisi horizontal, sedangkan yang satunya lagi kita jepit pada rumput pertama dengan posisi vertikal, tetapi beri sedikit jarak atau beri lebih ujungnya untuk dibuat hidung wayang.     





Bentuk Wayang Suket Pertama

b) Ambilah sehelai rumput, kemudian lipat dua. Lalu ambil sehelai rumput lagi, lipat dua dan jepit pada rumput pertama dengan diberi sedikit jarak. Tarik bagian B dan lipat kedepan lalu bagian A dan lipat ke belakang.




Bentuk Wayang Suket Pertama



 
c)  Lakukan langkah diatas sebanyak delapan kali, hingga membentuk seperti gambar dibawah ini.
                                                      
















Bentuk Wayang Suket Pertama


d)  Lakukan  hal  yang  sama  seperti  langkah  sebelumnya,  disebelah simpul tadi gunakan rumput yang belum dianyam.


A












 
B
Bentuk Wayang Suket Pertama


e)  Lakukan langkah diatas sebanyak tujuh kali, sisakan empat helai.







Bentuk Wayang Suket Pertama


f)   kepang empat sisa helai rumput tersebut.
                                                


Bentuk Wayang Suket Pertama


g)  Lalu letakan kepangan di depan bagian tengah kepala.





Bentuk Wayang Suket Pertama


2)  Bagian Badan dan Lengan.

a)  Buat kepangan empat untuk bagian tangan wayang, lalu ikat kedua ujungnya dengan menggunakan simpul mati.


b)  Sisipkan hasil kepangan tadi pada tengah-tengah rumput sisa dari bagian kepala (bagian depan dan belakang tertutup badan wayang)





                                                                                                                                       
c)  Ambil  sehelai  rumput  dan  simpan  di  bagian  depan  dengan posisi horizontal.



d)  Lalu lilitkan ujung rumput A dan B ke bagian belakang badan.
















 
A       B








e)  Kemudian  sisipkan  kedua  rumput  tersebut  ke  bagian  depan tangan. Lalu lilitkan pada bagian tangan.



f) Ulangi langkah diatas sebanyak empat kali, hingga membentuk seperti pada gambar dibawah ini


3)  Bagian Bawah atau Kaki:
a).Buat simpul kepang empat untuk kaki seperti untuk bagian tangan, lalu ambil sehelai rumput, lipat dua dan jepit pada kepangan. Tarik bagian B dan lipat ke depan lalu bagian A dan lipat ke belakang.





 

b)  Lakukan langkah diatas sebanyak delapan kali.

c)  Jepit sisa rumput tadi pada sisa rumput dari bagian kepala.




d)  Pegang  rumput  yang  paling  atas.  Tarik  bagian  B  dan  lipat kedepan lalu bagian A dan lipat kebelakang.


e)  Terakhir ikat semua dari bagian kaki hingga bawah.































































BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat sekaligus didengar (visual, audio, dan audio-visual), seperti lukisan, musik, dan teater. Tetapi yang disebut seni ini berada diluar benda seni sebab seni itu berupa nilai. Apa yang disebut indah, baik, adil, sederhana, dan bahagia itu adalah nilai. Apa yang oleh seseorang disebut indah dapat tidak indah bagi orang lain.”
Seperti yang dikutip oleh Pramesti (2012:15). Wayang bukan hanya merupakan pergelaran yang bersifat menghibur, melainkan juga sarat akan nilai-nilai falsafah kehidupan.

B.     Saran
            Dalam hal ini, kami selaku penulis hanya bisa memberikan sedikit gambaran secara global tentang uraian makalah ini. Namun kami juga menyadari adanya kekurangan makalah ini, jadi kami mengharapkan agar Bapak Dosen Pengajar serta teman-teman tidak hanya membaca  makalah ini, tetapi juga membaca makalah atau buku-buku sejenisnya yang lain, yang lebih baik lagi. Dan kami penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah kami untuk penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.








Daftar Pustaka
Cybersufi, Panji, 2011. Wayang Sebagai Komoditas Industri dan Nusantara. Diunduh dari Panji-crbybersufi.blogspot.com pada hari Sabtu, 04 Januari 2014.
  Iuz, 2012. Wayang Suket. Diunduh dari pesantrenonline.org pada hari Kamis, 02 Januari 2014.
Piliang, Yasraf Amira. Pos Realitas ; Realitas Kebudayaan Dalam Era Pos Metafisik. Jalasutra : Yogya, 2004.
Verys, Ivan, 2013.  Pengertian Wayang Suket. Diunduh dari Lobabanyak.blogspot.com pada hari Kamis, 02 Januari 2014.
Zuraya,Nadya, 2012 . Pertunjukan Wayang didorong Masuk Sektor Ekonomi Kreatif . Di unduh dari www.republika.co.id pada hari Sabtu, 04 Januari 2014.